Ditulis oleh: Farida Ahmad
“Ayah, itu apa?” tanyaku sambil menunjuk benda yang dibawanya.
“Ini daun kelapa yang masih muda,” jawab Ayah.
“Untuk apa?” tanyaku lagi.
“Nanti kamu akan tahu,” sahut Ayah.
Ayah mencuci daun kelapa, lalu membawanya ke teras dan dihamparkan di lantai yang dialasi kain bersih.
“Ayo Reihan, bantu Ayah!” ajak Ayah sewaktu melihat aku memperhatikannya.
“Membantu apa, Ayah?” tanyaku bersemangat.
Aku memperhatikan daun kelapa yang dianyam Ayah menjadi sebuah benda. Masyaallah, Ayah membuat cangkang ketupat. Aku minta diajari Ayah, tapi belum berhasil, sampai semua daun selesai dianyam. Hanya daun kelapa yang sudah lecek dan lidi yang tersisa di tanganku.
“Rei, bantu Kakak mengantarkan ini ke rumah pamanmu, ya!” pinta Ibu sore harinya. Ibu memberikan kantong plastik yang berisi ketupat matang, kari ayam, dan tumisan buatan Ibu. Ibu juga masih menyiapkan beberapa kantong plastik yang isinya sama. Makanan itu diantarkan kepada saudara-saudara yang rumahnya berdekatan dengan rumah kami. Hari ini adalah buka puasa terakhir sebelum hari Lebaran, kami menyambutnya dengan suka cita. Lebaran kami selalu istimewa dengan
ketupat buatan Ayah. ***